Sabtu, Juli 27, 2024
spot_img

Sang Pemikir…!! Tujuh yang Berulang-ulang

METROPOS.CO | Bila berbicara tentang “sab’an min al-matsaniy” (tujuh yang berulang-ulang), kebanyakan dari kita akan mengatakan tentang surah Al Fatihah karena tujuh ayatnya dibaca berulang kali dalam sholat. “tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang” tentu saja ini adalah terjemahan bebas, bukan seperti apa yang tersurat atau secara harfiah, lebih tepat diartikan “tujuh yang berulang-ulang”. Karena tidak ada kata “ayat” pada bacaan istilah tersebut.

Wajar saja, karena istilah ini adalah yang digunakan dalam Al-Quran, sehingga terasa asing dikalangan ummat Islam yang belum pernah mempelajari ilmu Hermeneutika. Menurut Ahmad Rafiq, S.Ag, M.Ag, Ph.D (Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) menjelaskan bahwa hermeneutika adalah metode dalam membaca, memahami teks dan makna secara umum. Aktifitas tersebut sebenarnya telah dikenal sejak berkembangnya berbagai bidang keilmuan Islam tradisional, terutama dalam tradisi tafsir Al-Qur’an.

Sebuah penafsiran dan usaha pemahaman terhadap Al-Quran jika memakai metode hermeneutika, selalu terdapat 3 faktor yang senantiasa dipertimbangkan yakni: teks, pengarang, dan pembaca. Ketiga komponen itu memiliki konteks sendiri-sendiri, sehingga jika memahami teks Al-Quran hanya bertumpu pada satu dimensi tanpa mempertimbangkan dimensi yang lainnya, pemahaman yang diperoleh tidak akan komprehensif.

Ia menambahkan bahwa pesan Allah yang diturunkan pada teks Al-Quran melalui Rasul Muhammad itu tidak hanya kita pahami secara tekstual, juga bisa kita pahami secara kontekstual dan menyeluruh dengan tidak membatasi diri pada teks dan konteks ketika Al-Quran turun. Kontekstualisasi ayat menjadi penting, sebab dengan melihat konteks maka kita akan bisa mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang berkembang terus maknanya sesuai dengan perkembangan zaman, paparnya.

Maka acapkali menjadi berdebatan para ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “sab’an min al-matsaniy” adalah surat Al-Fatihah yang memiliki tujuh ayat. Tetapi sebagian ahli tafsir lainnya mengatakan “tujuh surat-surat panjang” Dalam Al-Quran yakni surat Al-Fatihah (1), Ali Imran (3), An-Nisa (4), Al-Maidah (5), Al-An’am (6), Al-A’raf (7), Al-Anfal (8), dan At-taubah (9).

Pembaca budiman, maka dari itu kita harus bisa mencerdasi kembali istilah “sab’an min al-matsaniy” yang terus menjadi perdebatan dialektika antara para ulama ahli tafsir dunia. Maka dalam hal ini saya mencoba menggunakan metode Hermeneutika, Apa betul yang dimaksud dengan “sab’an min al-matsaniy” adalah “tujuh yang berulang-ulang” atau “tujuh ayat yang dibaca berulang” adalah surat Al-Fatihah? Dalam memahami makna tersebut dibutuhkan sebuah ketelitian dan kesucian pikir untuk memahami makna yang sejati.

Ada dua hal yang dapat membantu saya dalam memahami makna “sab’an min al-matsaniy”, yang pertama; didalam surat Al Al-Hijr (15) ayat 1 – 99, di awal surat Allah berbicara tentang beberapa kisah bangsa-bangsa besar dan maju peradaban nya yang telah kedatangan misi risalah Allah yang disampaikan oleh para nabi-rasul Nya. Bangsa-bangsa tersebut adalah bangsa besar peradabannya yang menentang dan mendustai kedatangan para Rasul Nya, maka di ayat selanjutnya bangsa-bangsa besar tersebut diazab dan dibinasakan Nya.

Maka kalau kita mengamati keseluruhan surat Al-Hijr (15), cerita atau kisah bangsa-bangsa besar tersebut dari zaman Nabi Adam hingga datangnya Rasulullah Muhammad, maka jumlah bangsa-bangsa tersebut ada tujuh. Kisah ketujuh bangsa tersebut selalu diceritakan berulang-ulang didalam Al-Quran.

Allah telah menurunkan perkataan (cerita) yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun. Perhatikan QS. Az-Zumar [39] : 23.

Ayat diatas menegaskan bahwa kitab Al-Quran adalah hadits yang terbaik (ahsanal hadist), yakni perkataan atau cerita terbaik yang menjadi pelajaran dan petunjuk bagi manusia yang dikehendaki Nya. Hadits (perkataan; cerita) terbaik tersebut selalu diulang-ulang di dalam Al-Quran. Kalau kita melihat catatan sejarah hadits, Pada zaman Rasulullah memang Hadits belum pernah dituliskan sebab; Rasulullah sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan beliau sebagai catatan pribadi.
Selanjutnya Rasulullah berada ditengah-tengah ummat Islam sehingga dirasa tidak sangat perlu untuk dituliskan pada waktu itu. Kemampuan tulis baca di kalangan sahabat sangat terbatas. Ummat Islam sedang dikonsentrasikan kepada Al-Quran dan kesibukan-kesibukan ummat Islam yang luar biasa dalam menghadapi perjuangan dakwah yang sangat penting.

Mengapa perlu para Nabi-Rasul hadir di bangsa-bangsa besar dan berperadaban maju?

Di antara hikmahnya adalah kedatangan para Rasul Allah dalam rangka memberi kabar gembira dan ancaman (Basyiran wa nadziran), sudah merupakan tugas utama para Rasul untuk mengingatkan manusia terhadap Tuhannya pemilik kekuasaan mutlak, penguasa mutlak alam semesta dan mengajak manusia untuk kembali mengabdi hanya kepada Dia serta meninggalkan segala bentuk pengabdian selain kepada-Nya. Sebab, manusia ketika mencapai puncak kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, akan lupa kepada siapa yang menciptakan mereka sekaligus memberi karunia berupa ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Karena kemajuan peradabannya, manusia merasa dirinyalah tuhan seperti hal-Nya Namrudz dan Fir’aun.

Mereka merasa punya kuasa dan lupa kepada pemilik sesungguhnya, yang senantiasa berkuasa di alam semesta yaitu Allah Rabbul ‘alamin. Oleh sebab itu, perlulah diutus para Rasul Allah untuk memperingatkan mereka, bahwa mereka adalah hamba yang tak memiliki kekuasaan yang absolut dan relatif terbatas. Barulah saat fir’aun ditenggelamkan kekuasaan nya, merasakan dirinya ternyata tidak mempunyai power apapun. Dirinya cuma manusia biasa, dan makhluk yang lemah. Hanya Tuhannya Nabi Musa, Rabbul ‘alamin yang maha kuat, pemilik kuasa mutlak dan absolute power.

Dari dua puluh lima Nabi dan Rasul yang diceritakan di dalam Al-Quran, tidak semua dari mereka dikisahkan secara panjang dan berulang-ulang, khususnya bila dikaitkan dengan bangsa yang menjadi obyek dakwah mereka. Sudah menjadi sunnah-Nya bahwa setiap kedatangan misi risalah Allah melalui para Rasul-Nya, maka dunia pada waktu itu kondisinya sedang mengalami zaman kegelapan (dark age) yang dikuasai oleh penguasa atau raja-raja bangsa yang zalim.

Lalu bangsa mana saja yang termasuk dalam “sab’an min al-matsaniy” atau Tujuh bangsa besar yang selalu dikisahkan (hadits) berulang-ulang:

1. Bangsa atau kaum Nabi Nuh. Kata “Nuh” terulang dalam 43 ayat di Al Quran. 19 daripadanya terkait bangsa dan kelurganya. Kisah Nabi Nuh diceritakan dalam surah Hud(11), ayat 25-49, surah Asy-Syu’ara(26) ayat 105-122 dan surah Nuh(71) ayat 1-28.

2. Bangsa atau kaum Nabi Hud yang sering disebut dengan Bangsa ‘Aad. Negeri Iram yang disebut City of the pillars (negeri tiang-tiang) negeri yang dibangun dengan megah. Ceritanya diulang sebanyak 24 kali di Al Quran yaitu Surah Al-A’raf(7) ayat 65-72, Hud(11) ayat 50-60 dan Asy-Syu’ara(26) ayat 123-140.

3. Bangsa atau kaum Nabi Saleh yang sering disebut Kaum Tsamud atau Al-Hijr. Nabi Saleh hadir di bangsa Tsamud yang memiliki peradaban maju dengan ciri khas menjadikan bukit-bukit batu sebagai istana-istana megah, di Hegra. Ceritanya diulang sebanyak 16 kali di Al Quran yaitu surah Hud(11) ayat 61-68, surah Al Hijr(15) ayat 80-86 dan surat Asy-Syu’ara(26) ayat 141-159.

4. Bangsa atau Kaum Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim hadir di Babilonia, dan kita tahu Babilonia termasuk bangsa kuno yang memiliki peradaban maju, contohnya The Hanging Garden. Perkataan “Ibrahim” diulang dalam 69 ayat di Al Quran dan 10 daripadanya menunjuk langsung kepada bangsanya. Kisah bangsanya diceritakan dalam surah Hud(11) ayat 69-76, surah Al-Hijr(15) ayat 51-58 dan Asy-Syu’ara(26) ayat 69-104.

5. Bangsa atau Kaum Nabi Luth. Kota Sodom adalah kota berkembang yang dikunjungi oleh banyak pelancong, pedagang dan pengusaha untuk berdagang. Perkataan “Luth” diulang sebanyak 17 kali dan 14 diantaranya ditunjuk kepada bangsa dan pengikutnya. Kisah mereka diceritakan dalam surah Hud(11), ayat 77-83, surah Al-Hijr(15) ayat 59-77 dan Asy-Syu’ara(26) ayat 160-175.

6. Bangsa atau Kaum Nabi Syu’aib (Khatib al-Anbiya atau sang orator) Nabi Syuaib mendapat gelar demikian karena kefasihannya, kemampuan komunikasi, dan amalannya yang kuat. Allah mengutus Nabi Syuaib kepada kaum Madyan dan Aikah. Nabi Syuaib menetap di Kota Madyan yang kini menjadi Yordania. Negeri Syam adalah kota perdagangan dan pertanian terbesar di dunia pada zamannya, Kisahnya disebut sebanyak 10 kali dan Bangsa Aikah sebanyak 4 kali. Kata “Syu’aib” disebut sebanyak 11 kali dalam Al Quran. Kisah mereka diceritakan dalam surah Hud(11) ayat 84-95, Al-Hijr(15), ayat 78-79 dan surah Asy-Syu’ara ayat 176-191.

7. Bangsa atau Kaum Nabi Musa dan Harun yang dikenali sebagai Bangsa Fir’aun. Mayoritas pengikut Nabi Musa dari kalangan Bani Israel. Beliau berdua hidup di Era Mesir kuno. Dan kita tahu Mesir kuno termasuk bangsa yang memiliki peradaban maju yang peninggalannya masih bisa kita saksikan sekarang, contohnya Piramida. Kisah mereka sering diulang-ulang dalam Al Quran. Kata Fir’aun diulang sebanyak 74 kali dan kata “Musa” diulang sebanyak 136 kali.

Suatu hal yang perlu digarisbawahi kembali, bahwa tidak semua kisah sejarah para Nabi dan Rasul Nya ditulis secara panjang dan berulang-ulang didalam Al-Quran. Sehingga membutuhkan ketelitian dan kesucian pikir untuk memahami maknanya yang sejati. Jangan lupa juga, Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, yang bukan hanya sebagai nabi, melainkan juga raja yang menguasai dunia manusia. Sezaman dengan Bangsa Saba yang juga memiliki peradaban maju. Dan Rasul Muhammad hadir di era Romawi dan Persia, 2 imperium besar yang memiliki warisan teknologi dan ilmu pengetahuan melimpah. Para nabi ini tentu bukan tidak memahami perkembangan zamannya termasuk teknologinya. Bahkan beliau-beliau adalah orang-orang yang paling paham zaman dan karakter manusianya.

BAGAIMANA DENGAN ISLAM PADA HARI INI, PADA TAHUN 2023 ?

Pada masa ini umat Islam terpecah-belah menjadi 2 kelompok raksasa, yakni Sunni dan Syiah. Dua kelompok inilah yang terus memicu peperangan sehingga umat Islam saling membenci antara satu dengan yang lainnya. Kemudian pada masa ini pula dibentuk 4 mazhab fiqih, tiap-tiap Imam menanamkan doktrin kepada pengikutnya masing-masing sehingga permusuhan di dalam Islam semakin bertambah. Tidak sampai di situ, para cendikia Zoroaster juga membentuk paradigma baru yakni ajaran Hadits yang mereka buat dijadikan dogma dasar bagi setiap umat Islam di dunia. Pada masa inilah Hadits dijadikan sebagai kurikulum standar untuk mengenal Islam.

Berkatalah Rasul: “Ya Robbku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran sebagai sesuatu yang tidak diacuhkan”. QS AL Furqon [25]: 30

Apalagi, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa melupakan dan melalaikan manusia tentang hakikat dirinya, lupa kepada Tuhan, malah merasa dirinya tuhan. Sehingga perlu diperingatkan kepada siapa pemilik kuasa sesungguhnya. Pada hari ini (Abad ke 21) harusnya Tuhan sudah menurun kan kembali para martir (Sang Pencerah) yang merupakan penerus misi risalah Rasul Muhammad (Ajaran Millah Ibrahim) penerus estafeta untuk memberikan pencerahan serta kabar gembira dan peringatan kepada manusia yang menggunakan akal sehat nya di tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seperti yang kita lihat bersama kehidupan hari ini sama persis yang dialami 14 abad oleh Rasul Muhammad, dunia saat ini dikuasai kembali oleh 2 imperium besar yaitu Romawi (Amerika, Inggris dan Nato) dan Persia (China, Rusia dan Korea Utara).

CIRI-CIRI DIBANGKITKAN NYA SANG MARTIR (SANG PENCERAH):

Allah pasti mengutus Sang Pencerah ke suatu bangsa ketika bangsa tersebut memiliki ciri-ciri : terus dilanda kesusahan, yakni dengan datangnya bencana alam yang tidak pernah putus. Semakin hari frekuensi kerusakan alam bertambah parah (disebakan oleh pertambangan dan kelapa sawit). Dan bangsa tersebut mengalami kehancuran moral yang sangat parah, yakni para petinggi pemerintahan adalah para perampok (Koruptor), sistem pemerintahan dijalankan dengan azas saling menjatuhkan dan saling berebut untuk merampok harta rakyat, di sisi lain generasi mudanya mengagungkan kehidupan seks bebas dan mabuk-mabukkan, sedangkan para ulama yang seharusnya sebagai stabilisator malah menjadi pedagang-pedagang ayat-ayat Allah dengan kemasan mistik ala Paganisme (anti tauhid) yang kental di bangsa itu, sedangkan rakyat kelas bawah di bangsa itu sedang mengalami kelaparan dan kesengsaraan yang sangat hebat.

Tidak ada satupun program-program pemulihan yang direncanakan secara matang dapat berjalan dengan baik. Semua usaha untuk mencegah bencana alam maupun sosial dipastikan gagal. 100% gagal total. Demikianlah cara Allah menghukum bangsa yang berselingkuh kepada bangsa-bangsa. Saat ini, tahun 2023, bangsa – bangsa di dunia mengalami kondisi yang sama persis dengan bangsa-bangsa yang diazab yang diceritakan di dalam Al Quran.

Maka perhatikan kembali tanda-tanda kemunculan (Sang Pencerah) yang di nubuat kan di dalam Al-Quran sebagai berikut :

Dan tidaklah Robbmu membinasakan kota-kota, sebelum dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka; dan tidak pernah pula kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al Qososh [28]: 59)

Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. Al-Kahf [18]: 17)

Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan dimuka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (QS. An Naml [27]: 48)

Sumber: FB Manusia Paripurna
Editor: Farizal

- Advertisment -spot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_img
BERITA TERBARU

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Berita Popular

METRO HUUKUM

adapazarı escort bayan eskişehir escort