Ego Primordialisme Timses, Ujian Bagi Semangat Sejuk & Damai.
Arosuka Solok_METROPIS.CO..///..Semangat persatuan yang digaungkan Bupati Jon Firman Pandu pada Jumpa Pers Menjaga Kondusifitas Pasca Pilkada saat awal kepemimpinannya, melalui tagline “ Bersatu dalam Nuansa Sejuk dan Damai” tampaknya belum sepenuhnya terinternalisasi di semua kalangan, terutama di lingkaran idifidu tim sukses (Timses) yang masih menunjukkan sikap eksklusif dan cenderung mengutamakan loyalitas primordial.
Beberapa narasi yang beredar di ruang publik termasuk melalui media tertentu menunjukkan gejala bias keberpihakan yang kuat, seolah-olah kekuasaan saat ini adalah milik mutlak kelompok tertentu, bukan mandat rakyat yang harus dijaga bersama.
Fenomena ini mencerminkan bentuk ego primordialisme, yakni ketika ikatan asal, kelompok atau kedekatan historis lebih diutamakan daripada kepentingan kolektif masyarakat. Sikap seperti ini sangat tidak sejalan dengan arah kepemimpinan yang menekankan kolaborasi, meritokrasi, dan pemerintahan yang terbuka.
Seorang tokoh muda Kabupaten Solok menyayangkan pola pikir sempit ini. Ia menyampaikan kritik terbuka terhadap media dan pihak-pihak yang terus memupuk ego politik:
“Ayolah Bang Monitors, kita bukan anak-anak lagi. Mari kita bersatu dalam payung Sejuk dan Damai!” ungkapnya, menyindir gaya penulisan media yang dianggap memprovokasi opini publik.
Perlu diingat, jabatan publik bukanlah hadiah atau balas jasa politik, melainkan amanah yang mesti diberikan melalui proses seleksi terbuka, objektif, dan sesuai regulasi. Sesuai ketentuan perundang-undangan, pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama (eselon II) harus melalui mekanisme seleksi terbuka yang transparan, berdasarkan kompetensi, bukan kedekatan emosional atau politik.
Bupati Jon Firman Pandu sendiri telah menegaskan bahwa dalam pemerintahannya tidak ada lagi istilah “nomor satu, dua atau tiga”, melainkan “Solok Bersatu” yang berlandaskan keadilan dan profesionalisme. Oleh sebab itu, seluruh elemen diharapkan menjaga harmoni, bukan justru merusaknya dengan narasi yang memecah belah.
Semangat membangun Solok yang lebih baik hanya akan terwujud bila ego kelompok dikesampingkan, dan semua pihak bersedia duduk bersama dalam semangat Sejuk dan Damai bukan saling serang demi ambisi pribadi…(hlr).












