Menu

Mode Gelap
Karhutla Tugas BPBD, Damkar Siap Backup Bila Diminta Bupati Rohil Apresiasi Kapal Buatan Polbeng, Dorong Kerja Sama untuk Dukung Armada Pesisir Satgas Gakkum Ops Patuh Lancang Kuning 2025 Polda Riau Tindak 48 Pelanggaran di Jalintim Cuaca Ekstrem, Karhutla Mengancam: Wabup Rohil Himbau Warga Tidak Bakar Lahan Green Policing, Polres Kep Meranti Gratiskan SIM Untuk Pelajar Peduli Lingkungan Tarif 32%: Ujian Kemandirian Industri Nasional atau Alarm Diplomasi Dagang?

Motivasi

Surat Dari Pohon Terakhir Pasca Besi Raksasa Mengoyak Bumi

badge-check


					Sumber dok. Fauna Stories. Perbesar

Sumber dok. Fauna Stories.

METROPOS.CO | Namaku Rimba. Aku seekor owa jawa. Dulu, aku adalah penjaga nyanyian pagi di hutan ini. Setiap fajar, aku menyambut matahari dengan suara lantang dari pucuk tertinggi pohon rasamala. Dedaunan melambai-lambai seperti menyapa mentari, dan angin menari di antara ranting-ranting.

Tapi pagi-pagi itu sudah tak ada lagi.

Suara-suara hutan kini digantikan oleh dentuman dan getaran dari besi-besi raksasa yang mengoyak bumi. Mereka bilang ini untuk “kemajuan”. Tapi bagi kami, ini adalah akhir yang datang perlahan, seperti embun yang menguap di tengah siang.

Pohon-pohon tempat keluargaku tinggal satu per satu tumbang. Aku pernah melihat tempat tidur ibuku jadi tumpukan kayu. Aku pernah menyaksikan adikku, Lilo, berlari ketakutan saat suara keras itu menggetarkan tanah, lalu menghilang di balik kabut debu. Ia belum pernah kembali. Aku mencarinya setiap hari. Tapi jejaknya sudah hilang, seperti jejak hutan kami yang kini berubah menjadi jalan-jalan tanah merah.

Setiap malam aku memeluk ranting yang makin rapuh, berharap mendengar suara Lilo memanggilku dari kejauhan. Tapi yang terdengar hanya angin. Sunyi. Menyesakkan.

Kadang aku bertanya pada langit yang makin jarang terlihat karena debu:
Kenapa rumah kami yang penuh cinta harus pergi?
Kenapa suara kami tak pernah cukup keras untuk didengar?

Burung-burung tak lagi bernyanyi. Kupu-kupu berhenti menari. Sungai yang dulu bening dan sejuk kini keruh dan asing. Bahkan aroma hutan pun telah berubah; digantikan bau logam dan asap.

Aku masih di sini. Sendiri.
Bukan karena aku kuat, tapi karena belum ada tempat lain yang bisa kupanggil rumah.

Hutan ini pernah menjadi dunia. Pernah menjadi pelukan. Pernah menjadi ibu.

Tapi sekarang, ia tinggal kenangan.
Dan aku, penjaganya yang terakhir, hanya bisa menuliskan ini dalam hati berharap manusia membaca sebelum semuanya benar-benar terlambat.

Jika suatu hari kalian datang ke tempat ini dan tak menemukan apa-apa selain tanah kosong dan batu,
tolong kenanglah aku.
Tolong kenang kami.

Karena kami tidak pernah meminta banyak…
Hanya ingin tetap hidup di rumah yang kami jaga sejak bumi masih bersih dan tenang.

#faunastories
#cerpen
#ceritafauna
#SuratDariHutan
#SuaraFauna
#savehutan

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Lima Trik Manipulasi Lawan Bicara yang Digunakan dalam Komunikasi, Debat, atau Negosiasi

19 Juni 2025 - 13:33

Dari Orang-Orang Penting Menjelma Seperti Orang Sinting

6 Mei 2025 - 01:18

Langkah Kaki Para Buruh

1 Mei 2025 - 08:57

Berikut Adalah 10 Rahasia Mengapa Membaca Buku Harus Menjadi Bagian Hidup Anda

29 April 2025 - 10:57

Trending di Motivasi